Social Icons

Pages

Thursday, March 7, 2013

Keutamaan Doa


Sesuatu yang baik selalu mempunyai keutamaan ,apa lagi sebuah ibadah ,baik itu sholat,puasa,haji,sodaqah,dan ibadah lainnya.dengan belajar mengetahui keutamaan kita akan dipacu untuk melakukan sebuah amal kebaikan.setelah pada postingan sebelumnya kita belajar tentang ilmu doa dan sebab terkabulnya doa,pada artikel kali ini kita akan mepelajari bersam tentang keutamaan doa.
  1. Doa adalah ibadah itu sendiri.
Sebagaimana yang sabdakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
اَلدُّعَاءُ هُوَ اْلعِبَادَةُ
Doa adalah ibadah.” (HR. Abu Daud I/466 no.1479, Tirmizi V/374 no.3247, Ibnu Majah II/1258 no.3828, dan Ahmad IV/267 no.18378, dan An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu anhu. Dan dishahihkan oleh syaikh Al-Albani).
Meninggalkan doa adalah bentuk menyombongkan diri dari menyembah Allah, sebagaimana Allah ta’ala berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ (60)
 “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku[1326] akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina”. (QS. Al-Mu’min/Ghafir: 60)
  1. Doa itu menunjukan tawakal kepada Allah ta’ala.
Hal itu dikarenakan orang yang berdo’a dalam kondisi memohon pertolongan kepada-Nya, menyerahkan urusan hanya kepada-Nya bukan  kepada yang lain-Nya. Sebagaimana doa juga merupakan bentuk ketaatan kepada Allah dan bentuk pemenuhan akan perintah-Nya. Allah ta’ala berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu”. (QS. Al-Mu’min/Ghafir: 60)
  1. Doa juga merupakan senjata yang kuat yang digunakan seorang muslim dalam mencari kebaikan dan menolak kemadharatan.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ فُتِحَ لَهُ مِنْكُمْ بَابُ الدُّعَاءِ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ وَمَا سُئِلَ اللَّهُ شَيْئًا يَعْنِى أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يُسْأَلَ الْعَافِيَةَ ».
وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ الدُّعَاءَ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ فَعَلَيْكُمْ عِبَادَ اللَّهِ بِالدُّعَاءِ »
 “Barang siapa diantara kalian telah dibukakan baginya pintu doa, pasti dibukakan pula baginya pintu rahmat, dan tidaklah Allah diminta sesuatu yang Dia berikan lebih Dia senangi dari pada diminta kekuatan.” Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “sesungguhnya doa itu bermanfaat baik terhadap apa yang terjadi maupun belum terjadi, maka hendaklah kalian berdoa.” (HR. At-Tirmidzi V/552 no.3548, dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma. dihasankan oleh syaikh Al-Albani).
  1. Doa adalah senjata yang digunakan para nabi dalam menghadapi situasi-situasi sulit.
Begitu pun nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dalam perang badar, ketika ia melihat jumlah kaum musyrikin sebanyak seribu sedang pasukan islam tiga ratus Sembilan belas, ia segera menghadap kiblat seraya mengangkat kedua tanganya berdoa:
اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِى مَا وَعَدْتَنِى اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِى اللَّهُمَّ إِنْ تَهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةُ مِنْ أَهْلِ الإِسْلاَمِ لاَ تُعْبَدْ فِى الأَرْضِ ». فَمَازَالَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ مَادًّا يَدَيْهِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ حَتَّى سَقَطَ رِدَاؤُهُ عَنْ مَنْكِبَيْهِ فَأَتَاهُ أَبُو بَكْرٍ فَأَخَذَ رِدَاءَهُ فَأَلْقَاهُ عَلَى مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ الْتَزَمَهُ مِنْ وَرَائِهِ. وَقَالَ يَا نَبِىَّ اللَّهِ كَذَاكَ مُنَاشَدَتُكَ رَبَّكَ فَإِنَّهُ سَيُنْجِزُ لَكَ مَا وَعَدَكَ
Ya Allah wujudkanlah untuk kami apa yang engkau janjikan, ya Allah berikanlah kepada kami apa yang engkau janjikan, ya Allah jika sekumpulan kaum muslimin ini binasa, maka tidak ada yang akan menyembah engkau di muka bumi ini.” Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terus melantunkan doa seraya membentangkan kedua tanganya menghadap kiblat hingga selempangnya jatuh, maka datanglah Abu Bakar mengambil selempang Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan meletakanya di atas pundaknya dan menjaganya dari belakang dan berkata: wahai nabi Allah, doa engkau kepada Tuhanmu sudah cukup, karena Dia pasti akan mewujudkan apa yang Dia janjikan untukmu.” (HR. Muslim III/1383 no.1763, dari Umar bin Khoththob radhiyallahu anhu)

Demikian pula nabi Ayub alaihissalam, ia menggunakan senjata doa ketika mengalami berbagai macam cobaan, terisolir dari manusia, tidak ada lagi yang menyayanginya selain istrinya sendiri, dalam kondisi seperti itu ia tetap bersabar dan mengharap ridho Allah, dan ketika cobaan itu telah berlarut lama, ia berdoa:
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ (83) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ (84)
“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang”. Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah”. (QS: Al-Anbiya’: 83-84)
  1. Doa dapat menghilangkan kegelisahan dan kesedihan, menjadikan hati lapang, dan mempermudah urusan.

Dalam berdoa, seorang hamba bermunajat kepada Tuhannya, mengakui kelemahan dan ketidak berdayaannya, mengungkapkan rasa butuhnya kepada Pencipta dan Pemiliknya, doa juga sarana untuk menghindari murka Allah ta’ala, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللهَ يَغْضَبْ عَلَیْهِ
“Barang siapa tidak mau meminta kepada Allah, niscaya Dia akan marah kepadanya” (HR. Ahmad II/442 no.9699, dan At-Tirmidzi V/456 no.3373, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu. Dan dihasankan syaikh Al-Albani).

Alangkah indahnya ungkapan seorang penyair:
Janganlah engkau meminta manusia satu kebutuhan,
Mintalah kepada yang pintu-Nya tak pernah tertutup.
Allah marah jika engkau tidak meminta-Nya,
Sedang manusia justru marah ketika diminta.
  1. Doa juga menjadi senjata bagi orang-orang yang terzalimi, ia adalah tempat berlindung bagi orang-orang lemah yang putus harapan, tertutup segala pintu di hadapanya.
Imam Syafi’i mengatakan:
“Apakah engkau meremehkan doa dan memandangnya sepele,
Padahal engkau tidak tahu apa yang diperbuat doa.
Ia adalah anak panah-anak panah malam yang tak kan meleset,
Akan tetapi ia memiliki masa dan masa itu ada penghujungnya”.

Syarat Doa Kita Terkabul



Pembaca yang di rahamati Allah,setiap kita menyusun jemari merangkai kata doa,bermunajat kepada Allah pastilah dengan berharap kalo doa kita akan dikabulkan.untuk terkabulnya sebuah doa kita hendaknya tahi syaratnya dan mau melaksanakannya,dibawah ini akan diutarakan bebrapa syarat agar doa kita mudah terkabul.

1. Ikhlas karena Allah semata
Sebagaimana firman Allah ta’ala:
فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ (14)
“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya“. (QS. Al-Mu’min/Ghafir: 14)
Al-Hafizh Ibnu Katsir mengatakan bahwa setiap orang yang beribadah dan berdoa hendaknya dengan niat ikhlas (karena Allah) serta menyelisihi orang-orang musyrik dalam cara dan madzhab mereka. (Tafsir Ibnu Katsir IV/73).

Termasuk syarat terkabulnya doa adalah tidak beribadah dan tidak berdoa kecuali kepada Allah. Jika seseorang memalingkan sebagian ibadah kepada selain Allah, baik kepada para Nabi atau para wali, seperti mengajukan permohonan dan perlindungan kepada mereka, maka doanya tidak akan dikabulkan oleh Allah, dan nanti di akhirat kelak ia termasuk orang-orang yang merugi serta kekal di dalam api Neraka Jahannam bila dia meninggal dunia sebelum bertaubat dari perbuatan syiriknya itu.

2. Al-Ittiba’
Yaitu Mengikuti Tuntunan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dalam segala bentuk ibadah. Dan ini merupakan salah satu dari makna syahadat bahwa Muhammad adalah utusan Allah (أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ), yaitu agar di dalam beribadah kepada Allah harus sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Setiap ibadah yang diada-adakan atau dibuat-buat secara baru yang tidak pernah diajarkan atau dilakukan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, maka ibadah itu tertolak, walaupun pelakunya adalah seorang muslim yang beribadah kepada Allah dengan niat yang ikhlas. Karena sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kita semua untuk senantiasa mengikuti tuntunan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dalam segala urusan agama, sebagaimana firman-Nya:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
  “Dan apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah”.(QS. Al Hasyr : 7)
            Dan firman-Nya pula:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu”. (QS. Al-Ahzaab: 21)

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga telah memperingatkan umatnya agar meninggalkan segala perkara ibadah yang tidak ada contoh atau tuntunannya dari beliau, sebagaimana sabda beliau shallallahu alaihi wasallam:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barang siapa mengamalkan suatu amalan yang bukan termasuk dalam urusan (agama) kami, maka amalan itu tertolak”. (HR. Muslim III/1343 no.1718, dari Aisyah radhiyallahu anha)

 3. Tidak Berdoa Untuk Sesuatu Dosa atau Memutuskan Silaturahmi
Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam di dalam hadits berikut ini.
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا
“Dari Abu Said bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Apabila seorang muslim berdoa dengan suatu doa yang tidak mengandung unsur dosa atau pemutusan silaturahmi melainkan Allah akan memberikan kepadanya salah satu dari tiga hal, yaitu; (1) Allah akan menyegerakan pengabulan doanya, atau (2) Allah menjadikannya sebagai simpanan baginya di akhirat, atau (3) Allah menghilangkan daripadanya keburukan yang semisalnya”. (HR. Ahmad III/18 no.11149. dan hadits ini derajatnya Hasan Shohih sebagaimana dinyatakan oleh syaikh Al-Albani di dalam Shohih At-Targhib wa At-Tarhib II/128 no.1633).

Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa yang dimaksud (suatu doa yang tidak mengandung unsur dosa) artinya berdoa untuk kemaksiatan, sebagai contoh seseorang berdoa dengan mengucapkan: “Ya Allah takdirkan aku untuk bisa membunuh si fulan”, sementara si fulan itu tidak berhak dibunuh, atau berdoa: “Ya Allah berilah aku rezki untuk bisa minum khamer”, atau “Ya Allah pertemukanlah aku dengan seorang wanita cantik untuk berzina”. Atau berdoa untuk memutuskan silaturrahmi suatu contoh : “Ya Allah jauhkanlah aku dari bapak dan ibuku serta saudaraku”, atau doa semisalnya. Doa tersebut pengkhususan terhadap makna yang umum. Imam Al-Jazari mengatakan, bahwa memutuskan silaturahmi bisa berupa tidak saling menyapa, saling menghalangi dan tidak berbuat baik dengan semua kerabat dan keluarga.”

4. Hendaknya Makanan, minuman dan Pakaiannya dari yang Halal dan Baik
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyebutkan dalam sebuah hadits:
ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
“Kemudian Nabi menyebutkan seorang laki-laki yang lusuh lagi kumal karena lama bepergian mengangkat kedua tanganya ke langit tinggi-tinggi seraya berdoa: Ya Rabbi, ya Rabbi (Wahai Tuhanku), sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dagingnya tumbuh dari yang haram, maka bagaimana mungkin doanya bisa terkabulkan?.” (HR. Muslim II/703 no.1015).
Imam An-Nawawi berkata: “Bahwa yang dimaksud lama bepergian dalam rangka beribadah kepada Allah seperti haji, ziarah, bersilaturahmi dan yang lainnya”. (Syarah Shohih Muslim III/457).
Pada zaman sekarang ini berapa banyak orang yang mengkonsumsi makanan, dan minuman serta memakai pakaian yang haram baik dari harta hasil riba, perjudian atau harta suap atau yang lainnya. Na’udzu billahi min dzalik.

5. Tidak Tergesa-gesa Dalam Menunggu Terkabulnya Doa
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
يُسْتَجَابُ لأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ فَيَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ رَبِّى فَلَمْ يَسْتَجِبْ لِى
“Artinya : Akan dikabulkan permintaan seseorang di antara kamu, selagi tidak tergesa-gesa, yaitu mengatakan: Saya telah berdoa kepada Tuhanku tetapi tidak dikabulkan”. (Shahih Al-Bukhari, kitab Da’awaat V/2335 no.5981, dan Muslim IV/2095 no.2735).

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqolani berkata: Yang dimaksud dengan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam: (Saya telah berdoa kepada Tuhanku tetapi tidak dikabulkan ), Ibnu Baththaal mengatakan, bahwa seseorang bosan berdoa lalu meninggalkannya, seakan-akan mengungkit-ungkit dalam doanya atau mungkin dia berdoa dengan baik sesuai dengan syaratnya, tetapi bersikap bakhil dalam doanya dan menyangka bahwa Allah tidak mampu mengabulkan doanya, padahal Dia adalah dzat Yang Maha Mengabulkan doa dan tidak pernah habis pemberian-Nya.” (Fathul Bari XI/145, dan Syarah Shohih Al-Bukhori oleh Ibnu Baththol XIX/137).

Syaikh Al-Mubarak Furi menjelaskan bahwa Imam Al-Madzhari berkata: Barangsiapa yang bosan dalam berdoa, maka doanya tidak terkabulkan sebab doa adalah ibadah, baik dikabulkan atau tidak, seharusnya seseorang tidak boleh bosan beribadah. Tertundanya permohonan boleh jadi belum waktunya doa tersebut dikabulkan karena segala sesuatu telah ditetapkan waktu terjadinya, sehingga segala sesuatu yang belum waktunya terjadi tidak akan mungkin terjadi, atau boleh jadi permohonan tersebut tidak terkabulkan dengan tujuan Allah mengganti doa tersebut dengan pahala, atau boleh jadi doa tersebut tertunda pengabulannya agar orang tersebut rajin berdoa, sebab Allah sangat senang terhadap orang yang rajin berdoa karena doa memperlihatkan sikap rendah diri, menyerah dan merasa membutuhkan Allah. Orang sering mengetuk pintu akan segera dibukakan pintu dan begitu pula orang yang sering berdoa akan segera dikabulkan doanya. Maka seharusnya setiap kaum Muslimin tidak boleh meninggalkan berdoa. [Mir-atul Mafatih VII/349].

6 & 7. Hendaknya Berdoa dengan Hati yang Khusyu’ dan Yakin bahwa Doanya Pasti akan Dikabulkan.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَه
“Mohonlah kepada Allah sedangkan kamu merasa yakin akan dikabulkan karena sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai”. (HR. Tirmidzi V/517 no.3479)
Syaikh Al-Mubarak Furi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sabda Nabi: (dari hati yang lalai) adalah hati yang berpaling dari Allah atau berpaling dari yang dimintanya. (Mir’atul Mafatih VII/360-361).