Social Icons

Pages

Wednesday, March 27, 2013

Hakikat IKHLAS



Sesaat aku terdiam,terusk sebuah pertanyaan tentang hakekat sebuah arti iklas,banyak sudah jawaban yang sering ku dengar sampai saat aku baca sebuah artikel yang membawaku menyelam jauh kedasar lubuk hati mencari hakikat iklash itu sendiri.sebuah tulisan yang ditulis oleh seorang Gusmus membuatku terdiam seribu kata.Gusmus berkata.

Kami, aku dan kakakku Kiai Cholil Bisri, mendengar dari guru kami Syeikh Yasin Al-Fadani dan ayah kami Kiai Bisri Mustofa --rahimahumuLlah, masing-2 berkata: Aku bertanya kpd Sayyid Guru Umar Hamdan ttg hakikat IKHLAS, dan beliau pun berkata: Aku pernah bertanya kpd guruku Syeikh Sayyid Muhammad Ali Al-Witri ttg hal itu dan beliau berkata, Aku pernah bertanya ttg hal itu kpd guruku Syeikh Abdul Ghani Al-Mujaddidi, beliau berkata: Aku pernah bertanya kepada guruku Syeikh Muhammad Abid As-Sindi Al-Anshari, beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Syeikh Shiddiq bin Ali Al-Mizjaji,
beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada ayahku, beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Syeikh Hasan Al-Ujaimi, beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Syeikh Ahmad al-Qasysyasyi, beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Syeikh Ahmad Syanaawi, beliau berkat: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada ayahku Syeikh Ali Asy-Syanaawi, dan beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Syeikh Abdul Wahhab Asy-Sya'rani dan beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Al-Haafizh Jalaluddin As-Suyuthi, beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada A'isyah binti Jaarullah bin Shaleh Ath-Thabari, beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Syeikh Ibrahim bin Muhammad bin Shiddiq dan beliau berkata: Aku bertanya ttg hal itu kpd Syeikh Abul Abbas Al-Hajjar dan beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Syeikh Jakfar Ibn Ali AL-Hamdani,

Beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Syeikh Abul Qasim bin Basykual, beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Syeikh Qadhi Abu Bakar bin aL-'Arabi, beliau berkata: Aku pernah menanyakan hal itu kepada Syeikh Ismail bin Muhammad Al-Fadhal Al-Ashbihani, beliau berkata: Aku pernah menanyakan halitu kepada Syeikh Abu Bakar bin Ahmad bin Ali bin Khalaf dan beliau berkata: Aku pernah menanyakan hal itu kepada Syeikh Abdurrahman Al-Baihaqi dan beliau berkata: Aku pernah menanyakan hal itu kepada Syeikh Ali bin Sa'id Ats-Tsaghrai dan Syeikh Ahmad bin Muhammad bin Zakaria dan beliau berdua berkata: Kami pernah menanyakan hal itu kepada Syeikh Ali bin Ibrahim Asy-Syaqiqi dan

Beliau berkata: Aku pernah menanyakan hal itu kepada Syeikh Abu Ya'qub Asy-Syaruthi, beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Syeikh AHmad bin Ghassan dan beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Syeikh Ahmad bin 'Atha' Al-Hujaimi, beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Syeikh Abdul Wahid bin Zaid dan beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Imam Hasan Al-Bashari,

Beliau menjawab, Aku pernah bertanya kepada shahabat Hudzaifah r.a, beliau menjawab: Aku pernah bertanya kepada Rasulullah SAW ikhlas itu apa, beliau menjawab: Aku pernah menanyakan ttg ikhlas itu kpd malaikat Jibril a.s dan beliau menjawab: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Allah Rabbul 'Izzaah, dan IA menjawab: "IKHLAS ialah RAHASIA di antara rahasia-rahasiaKU yg KUtitipkan di hati hambaKU yg AKu cintai."

Monday, March 25, 2013

Konsep Kejujuran Bagi Muslim



Kejujuran adalah mutiara yang mahal harganya, dan kejujuran ini adalah sangat penting dalam perjalalan hidup kita mengarungi lautan kehidupan.dalam diri seorang muslim kejujuran adalah harga mati yang harus dilakukan agar kita tidak termasuk dari golongan orang yang munafik, banyak orang yang mengaku muslim namun mereka adalah pendusta, padahal pendusta tidak akan berhenti dari kedustaanya sehingga dia akan terus menerus menambah kedustaanya sampai dia mati. Dalam al-quran Allah memerintahkan kita senantiasa berbuat jujur dan menjadi golongan orang – orang yang jujur.

Kembali kita menengok sejarah tentang kejujuran Nabi Muhammad di masa muda dan belum diutus menjadi Rasul dikenal sebagai sosok pemuda yang memiliki kredibilitas tinggi dan kejujuran yang tak tertandingi.
Kejujuran beliau begitu terkenal di seantero Makkah waktu itu sehingga tak kala para kepala suku berselisih pendapat tentang siapa yang paling berhak meletakkan Hajar Aswad di tempat asalnya di salah satu sudut Ka’bah, mereka sepakat untuk menyerahkan permasalahan itu pada beliau. Mereka pasrah apapun keputusan Nabi akan mereka terima dengan sepenuh hati.

Nabi pun meletakkan Hajar Aswad pada sebuah selendang. Para kepala suku diminta untuk memegang ujung selendang dan membawa Hajar Aswad ke tempat asalnya secara bersama-sama. Setelah dekat, Nabi mengambil Hajar Aswad tersebut dan meletakkannya di tempat semula. Keputusan Nabi yang begitu tepat, cerdas dan bijaksana tersebut semakin melambungkan citra beliau dan dari peristiwa itu Nabi mendapat julukan baru “Al Amin”, yaitu pribadi yang dapat dipercaya.
Sedikitnya ada dua pelajaran yang dapat kita petik dari kisah tersebut:

Pertama, bahwa kejujuran sikap akan menuai kepercayaan dan penghargaan yang tinggi dari berbagai kalangan, tua dan muda, kaya dan miskin, muslim atau nonmuslim. Dengan kata lain, apapun tujuan hidup yang ingin dicapai, mulailah dengan kejujuran dan konsisten dengan kejujuran itu apapun resikonya.
Kedua, bahwa yang dimaksud dengan “jujur” hendaknya tidak hanya dimaknai secara sempit sebagai “keselarasan antara kata dan perbuatan, kesesuaian antara kata dan fakta.” Ia juga bermakna “adil dalam bertindak” dan bijaksana dalam mengambil sikap , sebagaimana dalam Al-Quran :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ * سورة المائدة 8

Artinya : Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

PENGERTIAN KEJUJURAN DALAM ISLAM

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ * سورة التوبة 119
Artinya : Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.
Orang – orang yang jujur akan mendapat pangkat ahli jujur dan ke dalam masuk surga.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى البِرِّ، وَإِنَّ البِرَّ يَهْدِي إِلَى الجَنَّةِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا. وَإِنَّ الكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الفُجُورِ، وَإِنَّ الفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا * رواه البخاري
Artinya : Dari Abdullah bin Umar, dari Nabi Muhammad SAW bersabda , Sesungguhnya kejujuran itu menunjukan pada kebaikan dan kebaikan akan menunjukan pada surga, dan niscahya seorang laki-laki yang jujur sehingga di tulis Ahli jujur. Dan sesungguhnya dusta menunjukan pada keji, dan keji akan menunjukan pada neraka dan niscahya seorang laki-laki yang dusta di sisi allah di tulis Ahli dusta.

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya.” (Q.S. an-Nisa: 58).

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu menghianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (Q.S. al-Anfal: 27).

KONSEP KEJUJURAN DALAM ISLAM

Hati adalah poros anggota badan. Hati adalah barometer kehidupan. Hati adalah sumber dari seluruh gerak langkah manusia. Jika hatinya bersih, maka seluruh perilakunya akan mendatangkan manfaat. Tapi jika hatinya keruh, maka seluruh perilakunya akan mendatangkan bencana. Rasulullah Saw. bersabda, “Ingatlah, dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, akan baiklah seluruh tubuh. Dan bila ia rusak, rusaklah ia seluruhnya. Itulah qalbu (hati).” (H.R. Bukhari).
Membahas tentang kejujuran (dalam bahasa arab disebut sebagai Ash-Shidqun), ada 5 macam kejujuran, yaitu:
1. Shidq Al-Qalbi (jujur dalam berniat).

 Itulah hati dan kejujuran yang tertanam dalam hati akan membuahkan ketentraman, sebagaimana firman-Nya,
 الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ * سورة الرعد 28
Artinya : (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.

2. Shidq Al-Hadits (jujur saat berucap).

Jujur saat berkata adalah harga yang begitu mahal untuk mencapai kepercayaan orang lain. Orang yang dalam hidupnya selalu berkata jujur, maka dirinya akan dipercaya seumur hidup. Tetapi sebaliknya, jika sekali dusta, maka tak akan ada orang yang percaya padanya. Orang yang selalu berkata jujur, bukan hanya akan dihormati oleh manusia, tetapi juga akan dihormati oleh Allah Swt. sebagaimana firman-Nya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا * سورة الاحزاب 70-71
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.

3. Shidq Al-’Amal (jujur kala berbuat).

Amal adalah hal terpenting untuk meraih posisi yang paling mulia di surga. Oleh karena itu, kita harus selalu mengikhlaskan setiap amal yang kita lakukan. Dalam berdakwah pun, kita harus menyesuaikan antara ungkapan yang kita sampaikan kepada umat dengan amal yang kita perbuat. Jangan sampai yang kita sampaikan kepada umat tidak sesuai dengan amal yang kita lakukan sebab Allah Swt. sangat membenci orang-orang yang banyak berbicara tetapi sedikit beramal.

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ ، كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ * سورة الصاف 2-3

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan
Jadi, yang harus kita lakukan adalah banyak bicara dan juga beramal agar kita bisa meraih kenikmatan surga.

4. Shidq Al-Wa’d (jujur bila berjanji).

Janji membuat diri kita selalu berharap. Janji yang benar membuat kita bahagia. Janji palsu membuat kita selalu was-was. Maka janganlah memperbanyak janji (namun tidak ditepati) karena Allah Swt. sangat membenci orang-orang yang selalu mengingkari janji sebagaimana dalam firman-Nya,

 وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلَا تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ * سورة النحل 91

Artinya : Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.
Kita pun harus selalu membatasi janji yang kita ucapkan, baik kepada Allah maupun kepada manusia karena setiap janji yang kita ucapkan akan dipertanggungjawabkan di sisi Allah Swt.

 وَلَا تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّى يَبْلُغَ أَشُدَّهُ وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولًا * سورة الاسراء 34

Artinya : Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.

5. Shidq Al-Haal (jujur dalam kenyataan).

Orang mukmin hidupnya selalu berada di atas kenyataan. Dia tidak akan menampilkan sesuatu yang bukan dirinya. Dia tidak pernah memaksa orang lain untuk masuk ke dalam jiwanya. Dengan kata lain, seorang mukmin tidak hidup berada di bawah bayang-bayang orang lain. Artinya, kita harus hidup sesuai dengan keadaan diri kita sendiri. Dengan bahasa yang sederhana, Rasulullah Saw. mengingatkan kita dengan ungkapan, “Orang yang merasa kenyang dengan apa yang tidak diterimanya sama seperti orang memakai dua pakaian palsu.” (H.R. Muslim). Dari ungkapan ini, Rasulullah Saw. menganjurkan kepada umatnya untuk selalu hidup di atas kenyataan dan bukan hidup dalam dunia yang semu.

Thursday, March 21, 2013

Kisah Bulan yang terbelah




عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ انْشَقَّ الْقَمَرُ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى صَارَ فِرْقَتَيْنِ عَلَى هَذَا 

الْجَبَلِ وَعَلَى هَذَا الْجَبَلِ فَقَالُوا سَحَرَنَا مُحَمَّدٌ فَقَالَ بَعْضُهُمْ لَئِنْ كَانَ سَحَرَنَا فَمَا يَسْتَطِيعُ أَنْ يَسْحَرَ النَّاسَ كُلَّهُمْ
 Dari Muhammad bin Mut'im dari ayahnya, beliau telah berkata bahawa bulan telah terbelah pada zaman Nabi SAW sehingga menjadi dua bahagian, sebahagiannya di atas gunung ini dan sebahagiannya di atas gunung ini, mereka berkata kita telah disihir oleh Muhammad dan berkata sebahagian drp mereka, sekiranya Muhammad telah menyiihir kita, sudah tentu dia tidak mampu untuk menyihir seluruh manusia. Hadis riwayat Tarmizi.
  
Marilah kita mendalami rtentang kisah hadist diatas agar kita senakin yakin Bahwa Muhammad adalah manusia terbaik yang diutus Allah swt menjadi seorang rosul dan nabi terakhir.dalam perjalanan sebagai rosul cobaan dan ujian terus menghiasi Rosululloh .hal ini berupa kedholiman yang dilakukan orang kafir kepada Beliau. Mulai dari memfitnah hingga menyuruh Rasul melakukan sesuatu yang menurut mereka hal yang mustahi, yaitu membelah bulan.Namun, dengan izin Allah SWT, Rasulullah SAW dapat melaluinya dengan sabar.
Kisahnya.
 
Jumlah orang-orang mukmin terus bertambah seiring berjalannya waktu.
Sementara itu, orang-orang jahat tidak juga menghentikan kekejaman mereka. Mereka bahkan terus menantang Rasulullah SAW.

Pada suatu hari, orang-orang kafir kembali mengelilingi Rasulullah SAW. Mereka punya rencana baru untuk menyudutkan beliau. Mereka meminta Rasul SAW melakukan sesuatu yang menurut mereka mustahil untuk dilakukan. Nanti saat melihat beliau tidak bisa melakukannya, mereka akan mengolok-olok beliau.

Dengan pemikiran seperti itu, mereka berkata,
"Kalau engkau memang seorang nabi, tunjukkan mukjizat kepada kamu. Misalnya, belahlah bulan purnama di atas kepala kita menjadi dua. Letakkan yang sebelah di atas gunung ini dan sebelah lagi di atas gunung itu," kata orang-orang kafir.
"Kalau aku dapat melakukannya apakah kalian akan percaya padaku?" tanya Rasul SAW.

Bulan Terbelah Menjadi Dua.
 
Allah Yang Maha Tinggi memberikan kekuasaan kepada Rasulullah SAW untuk menunjukkan mukjizat seperti yang telah Dia berikan kepada nabi-nabinya terdahulu. Jika Rasulullah SAW mau, beliau bisa berdoa kepada Allah SWT dan atas izin-Nya, banyak peristiwa luar biasa yang akan terjadi. Namun, beliau ingin agar orang-orang berfikir dan menemukan jalan yang benar dengan pikiran mereka sendiri.

Saat itu, Rasulullah SAW yang terlihat semakin rupawan di bawah sinar rembulan, terlebih dahulu berdoa agar orang-orang sesat itu menemukan jalan yang benar. Kemudian beliau mengarahkan telunjuknya ke bulan. Sinar perak dengan cahaya bintang terlihat membentang diatas mereka. Rasulullah SAW membuat garis dari bagian atas bulan hingga ke bawah.

Kala itu, tak seorang pun terlihat percaya atau memperhatikan secara penuh apa yang sedang terjadi. Setelah ditunjuk oleh Rasul SAW, bulan pun terbelah menjadi dua.
Subhanallah.....Sungguh luar biasa.

Setengah dari bulan itu berada di atas gunung yang satu dan setengahnya lagi di atas gunung yang lainnya. Allah Maha Besar. Allah Maha Tinggi sudah membelah bulan untuk Nabi kesayangan-Nya itu.

Nabi pun berulang-ulang mengatakan kepada orang-orang kafir,
"Saksikanlah!!, Saksikanlah!!!."
Orang kafir pun terbelalak.
Mereka tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Mereka saling pandang setelah mengetahui hal itu. Bibir Rasulullah SAW terus menerus berzikir, bersyukur kepada Allah SWT yang sudah memberikan mukjizat itu. Saat kedua bagian bulan itu kembali menyatu, orang-orang kafir sangat terkejut dan takut.
Mereka hanya berkata,
"Ini Sihir !!!, Ini Sihir !!!"

Kesaksian Seorang Musafir.
 
Pagi hari setelah kejadian itu, negeri Makkah gempar.
Semua orang membicarakan peristiwa ajaib tadi malam. Saat kaum muslim membicarakan keindahan peristiwa itu, orang-orang kafir malah mengatakan bahwa yang mereka lihat tadi malam adalah tidak nyata.

beberapa orang di antara mereka berkata,
"Kita bilang saja kepadanya kalau dia hanya menunjukkan sihir kepada kita."
Orang-orang kafir mengetahui bahwa pengaruh sihir itu tidak akan sampai jauh pengaruhnya. Jadi mereka pun memutuskan untuk bertanya kepada musafir yang datang dari jauh,apakah mereka juga melihat peristiwa bulan terbelah tadi malam.
Mereka pun menunggu datangnya para musafir.

Begitu para musafir datang, para orang kafir langsung mendekati mereka dan bertanya apakah mereka juga melihat bulan terbelah menjadi dua tadi malam. Ternyata mereka juga melihat bulan terbelah menjadi dua kemudian menyatu kembali. Dengan semangat, para musafir itu menceritakan secara terperinci apa yang mereka lihat tadi malam.

Meskipun mereka sudah mendengar kesaksian para musafir, namun tetap saja orang-orang kafir tidak percaya.
mereka mengatakan,
"Sihir Muhammad bahkan sudah mencapai langit," kata orang-orang kafir.
Orang-orang kafir itu telah dikunci mata hatinya, meskipun sudah melihat hal yang benar-benar nyata, masih saja dia berpaling, mungkir.

 Ini sebagaimana disebutkan dalam al-Quran; Telah hampir datangnya masa itu dan bulan terbelah. Dan setelah mereka melihat suatu tanda (mukjizat) mereka berpaling lalu berkata: “Ini adalah sihir yang luar biasa” dan mereka mendustakannya dengan mengikut hawa nafsu sedang setiap yang berlaku ada ketetapannya. (al-Qamar: 1-3)

Dan inilah hebatnya Rasulullah SAW, Beliau tidak pernah sombong, bahkan selalu bersyukur atas mukjizat yan terjadi, beliau tetap penuh kasih, tetap medoakan agarorang-orang kafir itu tidak keras kepala dan bersedia mengikuti ajaran yang beliau sampaikan